Sabtu, 18 Februari 2012

Kisah Bung Karno Dan Keris Pusaka Majapahit



Tahun 1962, Indonesia dilanda kemarau hebat. Kekeringan di mana-mana, temasuk di lingkungan Istana. Bulan-bulan itu, setiap pagi Bung Karno tampak murung meratapi taman-tamannya yang kering. Sudah menjadi kebiasaan proklamator kita, setiap bangun tidur, jalan-jalan mengitari taman ditemani sejumlah orang dekat, antar lain pengawal, sekretaris, ajudan, dan kepala rumah tangga istana.

Bung Karno tahu satu per satu nama tanaman di halaman Istana, baik di Istana Jakarta. Bogor, Cipanas, maupun Tampak Siring. Tak jarang, ia sendiri yang mengatur, memerintahkan tukang kebun untuk memindah atau mengganti tanaman. Begitulah Bung Karno. Ia akan menarik nafas dalam-dalam meresapi keindahan alam, termasuk asrinya taman istana.

Alhasil, saat kemarau, rumput-rumput Istana menguning. Pepohonan mengering. Upaya tukang kebun untuk tetap menyirami areal pertamanan, rupanya tak cukup buat mempertahankan kehijauan taman. Setiap teringat akan kemarau yang panjang dan taman yang kering, Bung Karno tampak bersedih hati.

Tibalah suatu sore, Bung Karno duduk di beranda belakang Istana Merdeka, tempat favoritnya untuk minum teh. Ia ketika itu ditemani –antara lain– ajudan Bambang Widjanarko. Tak lama kemudian, datang Kepala Rumah Tangga Seluruh Istana, Harjo, disertai seorang laki-laki berbusana Jawa lengkap, berkain-beskap-blangkon. Setelah uluk salam seperlunya, Harjo berkata, “Pak, inilah Bapak Pringgo yang pernah saya laporkan, datang menghadap Bapak sekaligus membawa keris pusaka untuk dipersembahkan kepada Bapak.”

BK mengangguk dan memandangi lelaki yang bernama Pringgo. Spontan Pringgo mengeluarkan sebilah keris dari dalam bungkusan dan menceritakan bahwa keris itu sudah berumur ratusan tahun, berasal dari zaman Majapahit, luk lima, dan sangat bertuah. Hampir semua keinginan pemiliknya dapat terpenuhi, dan ia ingin mempersembahkan pusaka itu kepada Bung Karno.

BK menerima keris yang masih dalam kerangka seraya berkata, “Terima kasih, Pak Pringgo. Sekarang apakah yang dapat saya berikan sebagai tanda terima kasih saya?”

Pringgo lancar bertutur, bahwa ia ingin mempunyai sebuah mobil, karena itu bila BK berkenan, ia memohon sebuah mobil. BK tersenyum saja demi mendengar permintaan Pringgo. “Ah, itu soal gampang. Bahkan kalau keinginan saya detik ini dapat terpenuhi, dengan senang hati saya akan memberi dua mobil.” Dengan gembira Pringgo bertanya, “Bapak ingin apa?”

Sambil menyerahkan kembali keris tadi kepada tamunya, BK berkata, “Coba cabutlah keris itu dan mohon hujan turun sekeras-kerasnya agar rumput di tamanku ini menjadi segar dan hijau kembali.” Mendengar permintaan Bung Karno, spontan wajah Pringgo pucat pasi, lalu menunduk dan diam.

Melihat hal itu, Bung Karno berkata ramah, “Baiklah, Pak Pringgo, kalau tak bisa sekarang, bawalah keris itu terlebih dahulu dan tetaplah memohon agar hujan turun. Kalau nanti malam atau besok pagi hujan benar-benar turun, akan saya penuhi janji saya memberi dua buah mobil untuk Bapak.

Di tulis oleh: Unknown

author Terima Kasih sudah membaca Artikel Saya yang Berjudul Kisah Bung Karno Dan Keris Pusaka Majapahit Silahkan Tinggalkan jejak di form komentar ,untuk mempermudah Admin Rahasia kebahagiaan rumahtangga berkunjung balik ke blog sobat,... Wassalam..!!!

Gabung Youk di: Facebook | Twitter | Google Plus

Posting Komentar

Template by Full Blog Design|Copyright © 2013. Rahasia kebahagiaan rumahtangga | Proudly powered by Blogger